Para santri ketika melakukan praktek langsung tata cara mengurus jenazah.
Para santri ketika melakukan praktek langsung tata cara mengurus jenazah.

Genggong-Urusan menuntut ilmu merupakan hal utama, bahkan liburan pun tak disia-siakan oleh santri MTs. Zainul Hasan (MTs. Zaha) Genggong untuk tetap mendapatkan berbagai pengetahuan. Seperti yang dilakukan  Kamis pagi tadi (15/9), MTs. Zaha Genggong menggelar kegiatan pendidikan dan pelatihan kifayah.

Dalam momen libur hari raya idul adha dan hari tasyrik ini para santri dibekali tata cara mengurus jenazah. “Karena mengurus jenazah sangat penting maka pelatihan ini pun dinilai sangat penting agar para santri MTs. Zaha siap tampil di masyarakat”. Ujar ustadz Abd. Wafi Haris, waka kesiswaan.

Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WIB ini berlangsung di 2 tempat, yakni di gedung putra yang pesertanya adalah santri putra dan di aula putri yang diikuti oleh semua santri putri dan tentu dengan narasumber yang berbeda pula. Di putra, ustadz Wafi kebagian membuka acara pelatihan ini, tak banyak yang beliau sampaikan hanya berpesan kepada para santri tentang pentingnya mengurus jenazah ini. “Kalian harus bisa, karena suatu saat bisa jadi kalian yang akan mengurus jenazah jika dirumah ada yang meninggal”. Ujarnya.

Dilanjut dengan pelatihan yang dibimbing oleh ustadz Sucipto. “Siapa yang akan jadi jenazah”. Tanya ustadz sucip kepada para santri.

Mendengar pertanyaan itu para santri serentak menunduk sambil tersenyum seolah tak ada yang mau menjadi jenazah, sesekali mereka menyuruh teman didekatnya untuk berperan sebagai jenazah.

“Ini hanya latihan, jadi harus ada diantara kalian yang menjadi jenazahnya. Toh nanti kalian semua pasti juga akan diurus seperti ini karena semuanya akan merasakan kematian. Yang bersedia saya doakan semoga panjang umur”. Ujar ustadz sucip yang dari penjelasannya membuat Moch. Nasrullah Hizmi dari kelas VII C bersedia menjadi jenazah.

Seketika itu pula ustadz sucip menjelaskan panjang lebar tata cara mengurus jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, menyolati, hingga mengubur.

Tak jauh beda dengan kegiatan yang berlangsung di putri, ustadz Teguh Firmansyah selaku waka humas berkesempatan membuka acara. Dalam sambutannya beliau menghimbau para santri untuk mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh dan tidak melewatkan setiap materi yang dipaparkan. Beliau berpesan untuk tidak menghindar ketika mengurusi jenazah. “Jangan lari, jangan sembunyi dan jangan berada di belakang ketika mengurusi jenazah karena anda adalah santri. Santri harus menjadi teladan bagi masyarakat.” ujarnya serius.

Usai pembukaan materipun disampaikan secara lengkap pula oleh ustadzah Zulaiha. Sedikit berbeda dengan di putra, jenazah di putri ini menggunakan boneka sebagai penggantinya. Meski demikian, antusiasme santri sangat tinggi, hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh para santri. Seperti pertanyaan yang dilontarkan oleh Izzatun Nauly, santri kelas IX yang bertanya tentang doa-doa dalam mengurusi jenazah. Pertanyaan dijawab dengan sangat gamblang oleh ustadzah Zulaiha.

Selanjutnya ada pertanyaan dari Jinani Firdausi As’ad, “Maaf ustadzah, apa saja kegunaan bahan-bahan yang tadi Anda sampaikan tadi”. Ustadzah Zulaiha pun langsung menjawab dengan jawaban yang sangat jelas. Tampak santri yang lain menganggukkan kepala menyimak penjelasan nara sumber.

Kegiatan kifayah yang berlangsung selama 1 jam lebih itu ditutup dengan doa oleh narasumber. Usai pelatihan para santri tidak beranjak dari tempat  karena mereka juga disiapkan hiburan berupa nonton bareng (nobar) film-film bertema perjuangan islam dan perjuangan kemerdekaan. (Tgh/Fin)

Telegram
Facebook
Twitter
WhatsApp
Print

Tinggalkan Balasan